21 April 2009

AJI SAKA




Kira kira 900 tahun yang lalu seorang pemuda bernama Saka memulai pengembaraannya. Ia adalah seorang sarjana tamatan perguruan tinggi kesusasteraan di India. Ia gemar mengembara bersama dua orang pelayannya yang bernama Dora dan Sembada dan tidak ketinggalan membawa berbagai barang barang berharga.

Bosan mengembara hanya melihat pemandangan alam, Saka mendengar tentang pulau Jawa sebagai pusat kepulauan Nusantara yang paling subur dan indah.

”Dora dan Sembada, aku ingin ke pulau Jawa. Namun salah satu dari kalian harus tinggal disini menjaga barang barang ku yang banyak ini. Aku akan mengundi siapa yang akan tinggal!” ujar Saka berwibawa.

Ternyata Dora harus tinggal menjaga barang barang Saka. Dan Sembada harus mengikuti perjalannya Saka hingga ke pulau Jawa.

Saka akhirnya tiba di kerajaan Medang yang diperintah oleh seorang raja raksasa Mahaprabu Dewatacengkar yang masih gemar makan manusia. Masyarakat di kerajaan tersebut hidup dalam ketakutan menanti giliran dipersembahkan pada raja.

Saka akhirnya menghampiri rasa Mahaprabu Dewatacengkar. Gembiralah hati sang raja melihat Saka yang dikira akan menjadi santapannya hari itu.

”Ampun paduka raja, hamba rela mati namun hamba ingin memberikan tanah kepada orang tua hamba sepanjang sorban hamba.” kata Saka. Tentu saja persyaratan yang sangat mudah.

Raja memerintahkan pengawal untuk mengadakan pengukuran sorban. Raja memegang disatu sisi sorban dan disisi yang lain sorban dipegang oleh Saka. Ternyata gulungan sorban ketika dibuka tiada habis habisnya. Hingga akhirnya sang raja terjungkal masuk kedalam samudra yang dalam dan luas.

Saka dinobatkan menjadi raja. Ia memerintah kerajaan Medang dengan gelar Aji Saka. Waktu itu disebut sebagai tahun Saka ke 1 atau lazim disebut tahun Jawa 1.

Pada saat Saka sibuk memerintah ia teringat Dora yang masih menjaga barang barangnya. Ia pun mengutus Sembada untuk menjemput Dora dan barang barangnya. Namun apa yang terjadi?
Dua pelayan yang setia malah berkelahi. Dora bersikeras menjaga barang Saka dan Sembada bersikeras mengambil barang milik Saka untuk di bawa ke kerajaan Medang.

Sedihlah hati Saka melihat pelayannya mati karena setia pada dirinya. Ia pun ingin membuat kenang kenangan akan Dora dan Sembada. Saka berpikir keras dan akhirnya ia m enciptakan huruf Jawa. Susunan abjad Jawa dibuatnya berdasarkan empat baris kalimat yang menceritakan nasib Dora dan Sembada.

HANA CARAKA - artinya: ada utusan
DATA SAWALA - artinya: mereka bertengkar
PADHA JAYANYA - artinya: sama sama kuat
MAGA BATHANGA - artinya: sama sama menjadi bangkai

Abjad Jawa ini dikenal dengan nama Abjad Hanacaraka. Bagi suku Jawa huruf ini masih di kenang hingga sekarang. Abjad Jawa berisi dua puluh buah huruf.



MORAL OF THE STORY:
1. Inilah kehebatan dari sebuah "kesetiaan".
2. Bacakan cerita ini untuk anak anak usia 7 tahun keatas.
3. Tunjukan huruf Jawa supaya anak anak tertarik